Namaku Liten,aku mempunyai sahabat bernama Dini.Kami merupakan siswa SMP kelas 8 Hari ini matapelajaran matematika,bu guru memberikan tugas,karena tidak terselesaikan maka dijadikan PR.
Pulang sekolah,kami berbincang-bincang dalam perjalanan,
“Mau mengerjakan PR bersama”?.Tanya Dini.
“Tentu,di rumaku pukul 15.00,kau tidak keberatan kan”?.Tanyaku sambil memastikan.
“Baiklah,aku sama sekali tidak keberatan”.Jawabnya.
“Aku juga ikut”.Iko salah satu teman di kelasku sepertinya mendengarkan pembicaraan kami.
Akhirnya kami tiba di rumah. Rumah Dini tidak terlalu jauh dari rumahku, begitu juga dengan rumah Iko.
Setelah pukul 15.00,Dini datang bersama Iko.
“Kalian tidak lupa bawa penggaris”?.Tanyaku
“Tentusaja tidak”.Jawab Iko
Jam belajar berlangsung. Saat aku menjelaskan,Iko tidak memperhatikan sama sekali, dan saat Dini menulis rumus dan jawaban,dia malah tertidur. Jam menunjukkan pukul 16.00,Iko terbangun,
“Kalian sudah selesai,pinjam jawabanmu”.Iko sedikit ketus.
“Tidak boleh,kau tidak ikut berdiskusi tadi”. Nada Dini sedikit tinggi.
“Pinjam sebentar aja”.Dia kembali memohon.
“Jawabannya tetap tidak”.Jawab Dini sambil merapikan buku.
“Gitu aja pelit”!.Iko marah.
“Din,pinjmi aja daripada marah”.Aku sedikit sebal
Keesokan harinya.Bu guru menyuruh kami mengerjakan ke depan.Saat giliran Iko,dia kesulitan karena lupa tidak menulis rumusnya,yang dia tulis hanya jawabannya.Bu guru sedikit marah padanya.
Saat istirahat,aku dan Dini terkejut melihat Iko menangis di kelas.Dia takut setelah dimarahi Bu guru tadi.Kami mencoba mendekatinya,
“Ada apa”?. Tanya Dini
“Liten,Dini,aku minta maaf soal kemarin,karena marah aku jadi lupa menulis rumusnya”.Jawabnya.
“Udah,nggak usah dibahas,lain kali kalau kerjakan PR bersama ikut berdiskusi”.Jawabku.
“Baik”.Iko memgangguk
Sejak itu,Iko sering berdiskusi saat mengerjakan PR bersama.
By : Resiva Oskilawati